Pages

Rabu, 20 April 2016

HASIL PRAKTEK INDUSTRI



A.           Peranan QC Field
Sesuai dengan pengertian dari Quality Control yang artinya mengawasi dan menjamin kualitas dari produk yang dihasilkan. Maka QC Field atau yang biasa disebut QC lapang mempunyai tugas yang sama, namun QC Field memiliki tanggung jawab terhadap kualitas suatu produk selama proses produksi berlangsung yaitu dari awal proses mixing sampai menjadi Finish Product.
Di PT. Kobe Boga Utama, QC Field terbagi menjadi dua bagian, yaitu QC Mixing dan QC In-Process. QC Mixing bertugas memastikan dan memverifikasi selama proses mixing serta melakukan sampling untuk memberikan status pada produk yang telah di-mixing setelah dinyatakan Release (Sesuai Standar) secara sensory maupun pengujian Kimia-Fisika.
B.            Parameter Pengecekan
Setiap perusahaan yang menghasilkan suatu produk yang berkualitas tentunya mempunyai standar tersendiri dalam menentukkan kualitas dari produk tersebut. Dalam menjaga kualitas tentunya dibutuhkan parameter-parameter tertentu yang harus dipenuhi dalam setiap proses produksi. Di PT. Kobe Boga Utama juga memiliki berbagai parameter pengecekkan yang harus dipenuhi dalam setiap proses produksinya. Paramater yang telah ditentukan akan dilakukan pengecekan dan verifikasi oleh QC Field, baik QC mixing ataupun QC In-Process
Proses pengecekan dan verifikasi yang dilakukan oleh QC In-process selama proses produksi berlangsung, yaitu:
1.             Pengecekan Kodifikasi
Kodifikasi disesuaikan dengan umur simpan dari masing-masing produk yang terhitung dari dilakukannya proses filling ataupacking.
Verifikasi kodifikasi dilakukan periode per 30 menit dengan ketentuan kodifikasi yang tercetak harus jelas dan lengkap.
2.             Pengecekan Kenampakan (Performance)
Pengecekan dan verifikasi terhadap performance/kenampakan oleh QC In-Process yaitu pada kemasan dan karton. Verifikasi dilakukan dengan frekuensi per 30 menit untuk kemasan. Ketentuan atau standar untuk kemasan harus sesuai dengan dimensinya serta tulisan atau gambar yang tercetak di kemasan tidak misprint, sedangkan untuk verifikasi terhadap karton dilakukan dengan sistem sampling sebanyak 10 % dari jumlah karton dalam satu pallet.
3.             Pengecekan Kebocoran
Pengecekan dan verifikasi terhadap kebocoran suatu produk dilakukan untuk memastikan mutu produk tetap terjaga dengan sistem sealing yang baik. Pengecekan dan verifikasi kebocoran menggunakan vacuum pump pada tekanan 8 in Hg selama 2 menit dengan frekuensi per 30 menit . Ketentuan atau standarnya yaitu kemasan dalam kondisi sealing yang sempurna dengan tidak terdapat lubang ataupun kemasan yang rumple (melipat).
4.             Pengecekan Kesesuaian
Pengecekan dan verifikasi kesesuaian terbagi menjadi 2, yaitu pengecekan kesesuaian isi produk terhadap kemasan dan kesesuaian kemasan terhadap karton. Untuk verifikasi kesesuaian isi terhadap kemasan dilakukan untuk memastikan bahwa produk yang difilling kedalam hopper sesuai dengan kemasan yang dipakai di mesin filling dengan frekuensi pengecekan per 1 jam, sedangkan kesesuaian kemasan terhadap karton dilakukan dengan metode sampling sebanyak 5% dari jumlah karton dalam 1 pallet.
5.             Pengecekan Berat
Pengecekan dan verifikasi terhadap berat bertujuan untuk memastikan produk yang dihasilkan memiliki berat sesuai dengan standar yang telah ditentukan. Proses pengecekan berat dilakukan dengan cara penimbangan per pcs/ banded/karton. Untuk penimbangan per pcs/banded dilakukan dengan frekuensi pengecekan per 1 jam, sedangkan untuk penimbangan karton dilakukan dengan metode sampling sebanyak 10% dari jumlah karton dalam 1 pallet.
C.           Pengertian Good Manufacturing Practices (GMP)
Good Manufacturing Practices (GMP) atau cara berproduksi yang baik memiliki berbagai pengertian dasar yaitu suatu pedoman yang menjelaskan bagaimana memproduksi makanan agar aman bermutu dan layak untuk dikonsumsi yang berisi penjelasan-penjelasan tentang persyaratan minimum dan pengolahan umum yang harus dipenuhi dalam penanganan bahan pangan dari mulai bahan baku sampai menjadi produk akhir.
D.           PenerapanGood Manufacturing Practices (GMP)
Good Manufacturing Practices (GMP) diterapkan oleh industri yang produknya dikonsumsi dan atau digunakan oleh konsumen dengan tingkat resiko yang sedang hingga tinggi yang meliputi produk obat-obatan, makanan, kosmetik, perlengkapan rumah tangga, dan semua industri yang terkait dengan produksi produk tersebut.
Quality Control (QC) memiliki peran serta tanggung jawab yang besar terhadap kualitas dari produk yang dihasilkan. Dalam proses produksi, Good Manufacturing Practices (GMP) juga memiliki peranan dalam menentukan kualitas dari suatu produk. Untuk itu QC memiliki peranan dalam penerapan GMP diproses produksi terutama dalam hal pengendalian operasional, jaminan mutu, dan personil hygiene. Tentunya hal ini dapat berlangsung dengan baik jika personil QC sudah dibekali dengan diberikannya training/pemahaman yang baik tentang GMP.
Salah satu penerapan GMP yang dilakukan oleh QC yaitu memastikan bahwa produk tidak kontak langsung baik dengan alat ataupun personil produksi yang dapat mengakibatkan kontaminasi silang. Selain itu dari segi sarana dan prasarana antara lain yaitu tidak menggunakan alat atau konstruksi bangunan yang terbuat dari kayu di area produksi, lantai tidak berkeramik, kemudian pertemuan antara lantai dengan dinding tidak membentuk sudut mati, serta lampu harus dipasang dengan cover lamp, suhu sesuai standar.
QC harus memastikan produk yang dihasilkan adalah produk yang bersih, aman dan berkualitas. Untuk itu kebersihanpun harus diperhatikan, baik dari  segi personil, alat maupun sarana prasarana di produksi. Apabila di produksi ditemukan ketidaksesuaian terutama dalam hal kebersihan, QC berhak untuk menghentikan sementara proses produksi sampai syarat kebersihan itu terpenuhi.
Dari segi Personil Hygiene, setiap personil produksi diwajibkan menggunakan atribut kerja lengkap (seragam produksi, sepatu dalam, dan penutup kepala). Sedangkan untuk personil yang berada di area yang kontak langsung dengan produk (Zona Merah) diwajibkan juga atas pemakaian  masker dan sarung tangan selama berada di area tersebut.
Contoh lain dari Good Manufacturing Practices (GMP) yang diterapkan di PT. Kobe Boga Utama yaitu tidak diperkenankan penggunaan make-up dan wewangian yang berlebihan serta penggunaan aksesoris maupun perhiasan, berkuku panjang dan untuk karyawan wanita yang mengenakan jilbab tidak diperkenankan menggunakan jarum, peniti, ataupun bros di area produksi.

1 komentar: