INTERVIEW PEREKRUTAN KARYAWAN
BAGASARYA
Selasa, 03 Mei 2016
Rabu, 20 April 2016
HASIL PRAKTEK INDUSTRI
A.
Peranan
QC Field
Sesuai
dengan pengertian dari Quality Control
yang artinya mengawasi dan menjamin kualitas dari produk yang dihasilkan. Maka QC Field atau yang biasa disebut QC
lapang mempunyai tugas yang sama, namun QC
Field memiliki tanggung jawab terhadap kualitas suatu produk selama proses
produksi berlangsung yaitu dari awal proses mixing
sampai menjadi Finish Product.
Di
PT. Kobe Boga Utama, QC Field terbagi
menjadi dua bagian, yaitu QC Mixing
dan QC In-Process. QC Mixing bertugas memastikan dan
memverifikasi selama proses mixing
serta melakukan sampling untuk memberikan status pada produk yang telah di-mixing setelah dinyatakan Release (Sesuai Standar) secara sensory
maupun pengujian Kimia-Fisika.
B.
Parameter
Pengecekan
Setiap
perusahaan yang menghasilkan suatu produk yang berkualitas tentunya mempunyai
standar tersendiri dalam menentukkan kualitas dari produk tersebut. Dalam
menjaga kualitas tentunya dibutuhkan parameter-parameter tertentu yang harus
dipenuhi dalam setiap proses produksi. Di PT. Kobe Boga Utama juga memiliki
berbagai parameter pengecekkan yang harus dipenuhi dalam setiap proses
produksinya. Paramater yang telah ditentukan akan dilakukan pengecekan dan
verifikasi oleh QC Field, baik QC mixing ataupun QC In-Process
Proses
pengecekan dan verifikasi yang dilakukan oleh QC In-process selama proses produksi berlangsung, yaitu:
1.
Pengecekan Kodifikasi
Kodifikasi
disesuaikan dengan umur simpan dari masing-masing produk yang terhitung dari
dilakukannya proses filling ataupacking.
Verifikasi
kodifikasi dilakukan periode per 30 menit dengan ketentuan kodifikasi yang
tercetak harus jelas dan lengkap.
2.
Pengecekan Kenampakan (Performance)
Pengecekan
dan verifikasi terhadap performance/kenampakan
oleh QC In-Process yaitu pada kemasan
dan karton. Verifikasi dilakukan dengan frekuensi per 30 menit untuk kemasan.
Ketentuan atau standar untuk kemasan harus sesuai dengan dimensinya serta
tulisan atau gambar yang tercetak di kemasan tidak misprint, sedangkan untuk verifikasi terhadap karton dilakukan
dengan sistem sampling sebanyak 10 %
dari jumlah karton dalam satu pallet.
3.
Pengecekan Kebocoran
Pengecekan
dan verifikasi terhadap kebocoran suatu produk dilakukan untuk memastikan mutu
produk tetap terjaga dengan sistem sealing yang baik. Pengecekan dan verifikasi
kebocoran menggunakan vacuum pump pada tekanan 8 in Hg selama 2 menit dengan
frekuensi per 30 menit . Ketentuan atau standarnya yaitu kemasan dalam kondisi
sealing yang sempurna dengan tidak terdapat lubang ataupun kemasan yang rumple (melipat).
4.
Pengecekan Kesesuaian
Pengecekan
dan verifikasi kesesuaian terbagi menjadi 2, yaitu pengecekan kesesuaian isi
produk terhadap kemasan dan kesesuaian kemasan terhadap karton. Untuk
verifikasi kesesuaian isi terhadap kemasan dilakukan untuk memastikan bahwa
produk yang difilling kedalam hopper
sesuai dengan kemasan yang dipakai di mesin filling
dengan frekuensi pengecekan per 1 jam, sedangkan kesesuaian kemasan
terhadap karton dilakukan dengan metode sampling
sebanyak 5% dari jumlah karton dalam 1 pallet.
5.
Pengecekan Berat
Pengecekan
dan verifikasi terhadap berat bertujuan untuk memastikan produk yang dihasilkan
memiliki berat sesuai dengan standar yang telah ditentukan. Proses pengecekan
berat dilakukan dengan cara penimbangan per pcs/ banded/karton. Untuk
penimbangan per pcs/banded dilakukan dengan frekuensi pengecekan per 1 jam,
sedangkan untuk penimbangan karton dilakukan dengan metode sampling sebanyak
10% dari jumlah karton dalam 1 pallet.
C.
Pengertian
Good Manufacturing Practices (GMP)
Good
Manufacturing Practices (GMP) atau cara berproduksi yang baik memiliki berbagai
pengertian dasar yaitu suatu pedoman yang menjelaskan bagaimana memproduksi
makanan agar aman bermutu dan layak untuk dikonsumsi yang berisi penjelasan-penjelasan
tentang persyaratan minimum dan pengolahan umum yang harus dipenuhi dalam
penanganan bahan pangan dari mulai bahan baku sampai menjadi produk akhir.
D.
PenerapanGood
Manufacturing Practices (GMP)
Good
Manufacturing Practices (GMP) diterapkan oleh industri yang produknya
dikonsumsi dan atau digunakan oleh konsumen dengan tingkat resiko yang sedang
hingga tinggi yang meliputi produk obat-obatan, makanan, kosmetik, perlengkapan
rumah tangga, dan semua industri yang terkait dengan produksi produk tersebut.
Quality Control
(QC) memiliki peran serta tanggung jawab yang besar terhadap kualitas dari
produk yang dihasilkan. Dalam proses produksi, Good Manufacturing Practices (GMP) juga memiliki peranan dalam
menentukan kualitas dari suatu produk. Untuk itu QC memiliki peranan dalam
penerapan GMP diproses produksi terutama dalam hal pengendalian operasional,
jaminan mutu, dan personil hygiene.
Tentunya hal ini dapat berlangsung dengan baik jika personil QC sudah dibekali
dengan diberikannya training/pemahaman
yang baik tentang GMP.
Salah
satu penerapan GMP yang dilakukan oleh QC yaitu memastikan bahwa produk tidak
kontak langsung baik dengan alat ataupun personil produksi yang dapat
mengakibatkan kontaminasi silang. Selain itu dari segi sarana dan prasarana
antara lain yaitu tidak menggunakan alat atau konstruksi bangunan yang terbuat
dari kayu di area produksi, lantai tidak berkeramik, kemudian pertemuan antara
lantai dengan dinding tidak membentuk sudut mati, serta lampu harus dipasang
dengan cover lamp, suhu sesuai standar.
QC
harus memastikan produk yang dihasilkan adalah produk yang bersih, aman dan
berkualitas. Untuk itu kebersihanpun harus diperhatikan, baik dari segi personil, alat maupun sarana prasarana
di produksi. Apabila di produksi ditemukan ketidaksesuaian terutama dalam hal
kebersihan, QC berhak untuk menghentikan sementara proses produksi sampai
syarat kebersihan itu terpenuhi.
Dari
segi Personil Hygiene, setiap
personil produksi diwajibkan menggunakan atribut kerja lengkap (seragam
produksi, sepatu dalam, dan penutup kepala). Sedangkan untuk personil yang
berada di area yang kontak langsung dengan produk (Zona Merah) diwajibkan juga
atas pemakaian masker dan sarung tangan
selama berada di area tersebut.
Contoh
lain dari Good Manufacturing Practices
(GMP) yang diterapkan di PT. Kobe Boga Utama yaitu tidak diperkenankan
penggunaan make-up dan wewangian yang berlebihan serta penggunaan aksesoris
maupun perhiasan, berkuku panjang dan untuk karyawan wanita yang mengenakan
jilbab tidak diperkenankan menggunakan jarum, peniti, ataupun bros di area
produksi.
Minggu, 20 Maret 2016
ZAT PENGAWET MAKANAN ALAMI DAN BAHAN KIMIA BERBAHAYA
Bahan Pengawet Makanan
Alami
Bahan pengawet makanan alami mengambil bahan dasar dari alam yang cukup
banyak tersedia di sekitar kita. Bahan pengawet makanan itu diantaranya air ki,
kunyit, chitosan dan asap cair.
Zat pengawet merupakan zat antimikroba yang sengaja ditambahkan pada bahan
makanan agar makanan tidak cepat rusak atau menjadi busuk sawaktu didistribusikan
dan disimpan dalam waktu yang cukup lama. Bahan pengawet alami yang telah lama
digunakan oleh masyarakat adalah gula, garam dapur, asam jawa dan larutan asam
cuka.
1. Air ki
Air ki merupakan salah satu bahan perngawet alami yang menggunakan bahan
dasar jerami. Cara penggunaannya cukup sederhana. Jerami dibakar hingga menjadi
abu, lalu abu jerami dimasukkan ke dalam wadah yang diberi air dan rendam
sekitar 1 sampai 2 jam. Selanjutnya disaring sehingga sisa pembakaran jerami
tidak bercampur dengan air. Air sisa pembakaran jerami inilah yang disebut air
ki. Air ki mengandung antiseptik yang dapat membunuh kuman, dengan pemberian
air ki, makanan dapat bertahan lebih lama, seperti pada mi basah yang mampu
bertahan sampai dua hari. (Ida Soeid, 2006)
2.Kunyit
Bahan pengawet makanan alami yang lain adalah kunyit. Kunyit dapat digunakan sebagai pengawet makanan karena berfungsi sebagai antibiotik, antioksidan, antibakteri, anti radang dan antikanker. Di samping itu kunyit juga berfungsi sebagai pewarna alami, seperti yang biasa digunakan pada tahu. Kunyit basah kandungan utamanya adalah kurkuminoid 3-5 %, sedangkan pada kunyit ekstrak, kandungan kurkuminoid mencapai 40-50%. Untuk penggunaan kunyit disarankan agar tidak melalui pemanasan, terkena cahaya dan lingkungan yang basah. Sebaiknya kunyit ditumbuk, digiling dan diperas airnya. (Ida Soeid, 2006).
3.Chitosan
Chitosan merupakan produk turunan dari polimer chitin, yakni produk samping (limbah) dari pengolahan industri perikanan, khususnya udang dan rajungan. Limbah kepala udang mencapai 35-50% dari total berat udang. Kadar chitin dalam berat udang berkisar antara 60-70% dan bila diproses menghasilkan sekitar 15-20%. Chitosan mempunyai bentuk mirip dengan selulosa.
Struktur Chitosan
Proses utama dalam pembuatan chitosan meliputi penghilangan protein dan
kandungan mineral melalui proses kimia yang disebut deproteinasi dan
demineralisasi yang masing-masing dilakukan dengan menggunakan larutan basa dan
asam. Selanjutnya chitosan diperoleh melalui proses deasetilasi dengan cara
memanaskan dalam larutan basa. Chitosan sedikit larut dalam air dan mempunyai
muatan positif yang dapat mengikat muatan negatif dari senyawa lain serta mudah
mengalami degradasi secara biologi dan tidak beracun, selain itu chitosan dapat
berfungsi sebagai pelapis (coating), agar tidak dihinggapi lalat dan menghambat
pertumbuhan bakteri (Linawati, 2006). Tetapi kekurangan dari penggunaan
chitosan ini adalah pembuatannya yang cukup rumit sehingga sulit untuk
dilakukan dalam skala kecil.
4. Antioksidan
Antioksidan termasuk bahan pengawet yang digunakan untuk mencegah
oksidasi bahan makanan baik oleh udara maupun mikroorganisme. Antioksidan juga
dapat mencegah bau tengik pada makanan yang mengandung lemak dan minyak,
misalnya kornet, mentega dan minyak goreng. Beberapa zat antioksidan yang
digunakan dalam makanan kemasan diantaranya adalah: butil hidroksianisol (BHA),
butil hidroksitoluen (BHT), propilgalat (PG), asam sitrat, asam etanoat, asam
askorbat (vitamin C) dan tokoferol (vitamin E).
5. Asam cuka
Asam cuka dapat dipakai sebagai pengawet acar dan natrium propionat atau
kalsium propionat dipakai untuk mengawetkan roti dan kue kering. Garam natrium
benzoat, asam sitrat, dan asam tartrat juga biasa dipakai untuk mengawetkan
makanan. Selain zat-zat tersebut, ada juga zat pengawet lain, yaitu natrium
nitrat atau sendawa (NaNO3) yang berfungsi untuk menjaga agar tampilan daging
tetap merah. Asam fosfat yang biasa ditambahkan pada beberapa minuman penyegar
juga termasuk zat pengawet.
6. Asam Benzoat atau Natrium Benzoat
Berbagai minuman sari buah, minuman berkarbonat dan makanan dalam kemasan
kaleng atau plastik menggunakan asam benzoat atau natrium benzoat sebagai bahan
pengawet. Asam benzoat secara alami terkandung di dalam cengkeh dan kayu manis.
7. Nitrit dan Nitrat
Senyawa nitrit dan nitrat digunakan untuk mencegah tumbuhnya bakteri
pada produk daging olahan, sedangkan sulfur dioksida digunakan untuk
mengawetkan buah-buahan kering.
Bahan Pengawet Makanan Kimia Berbahaya
Zat adiktif makanan adalah bahan yang ditambahkan ke dalam bahan makanan untuk mempengaruhi sifat dan bentuk makanan, baik yang mempunyai nilai gizi maupun yang tidak mempunyai nilai gizi.
Beberapa manfaat penggunaan bahan tambahan pada makanan adalah:
1. Agar Dapat mempertahankan nilai gizi makanan tersebut
2. Tidak mengurangi zat-zat esensial di dalam makanan.
3. Untuk Mempertahankan dan memperbaiki mutu makanan.
Bahan pengawet makanan adalah bahan yang sudah ditambahkan ke dalam makanan
dengan tujuan yaitu untuk mencegah dan menghambat kerusakan atau pembusukan
makanan. Dengan pemberian zat pengawet, proses fermentasi (pembusukan),
pengasaman, atau penguraian karena aktivitas mikroorganisme dapat dicegah
sementara waktu.
Ada dua macam cara pengawetan pada makanan,yaitu pengawet alami dan pengawetan buatan.
Ada dua macam cara pengawetan pada makanan,yaitu pengawet alami dan pengawetan buatan.
a. Pengawetan alami itu dengan cara
• Menggunakan gula dan penggaraman, contohnya pembuatan manisan.
• Pengasapan, contohnya pada kelapa.
• Pendinginan, contohnya pada ikan dan buah-buahan.
b. Pengawet buatan, biasanya dilakukan dengan pemberian senyawa kimia, seperti:
• Garam benzoat digunakan untuk sirup, margarin, dan kecap.
• Asam benzoat dan natrium benzoat: dipakai untuk pengawet minuman, jus
buah, saus, dan kecap.
• Asam propionat dan natrium propionat: dipakai pada pengawet roti dan
keju.
• Asam sorbat: dipakai untuk pengawet keju.
Senin, 18 Mei 2015
Mengenali Makanan Berformalin, Boraks dan Pewarna Tekstil
tahu |
Penggunaan bahan tambahan dalam makanan yang tak semestinya dalam
jumlah tertentu, jika dikonsumsi berisiko menimbulkan kerusakan organ
tubuh. Dalam jangka pendek bisa menimbulkan rasa mual, sedangkan jika
dikonsumsi dalam jangka panjang efek penumpukannya bisa memicu berbagai
gangguan kesehatan, mulai dari gangguan konsentrasi, kerusakan hati
hingga berkembangnya sel-sel kanker.
Zat tambahan yang sering digunakan dalam makanan adalah formalin (pengawet mayat), boraks (bleng), pewarna rhodamin B dan methanyl yellow (bahan pewarna tekstil). Keempat bahan kimia berbahaya tersebut sering ditemukan dari hasil sampel yang dilakukan BPOM.
Sebenarnya, tanpa dilakukan uji laboratorium pun, tidak sulit untuk
mengetahui apakah makanan tersebut mengandung keempat unsur bahan
berbahaya tersebut. Namun, anda pun dapat mengamati tekstur bahan
makanan mengandung zat berbahaya tersebut, mengenali sebelum membelinya.
Berikut Sharing di Sini cara mengenali ciri-ciri makanan yang
mengandung formalin, boraks, atau bahan pewarna tekstil, menurut penjelasan dari Prof. Dr. Iwan Darmansyah, Guru Besar Bidang Farmakologi, Universitas Indonesia:
A. Ciri-Ciri Makanan Mengandung Formalin
1. Mie Basah : tidak lengket, sangat kenyal, tidak mudah rusak dan tahan dalam jangka waktu lama
2. Tahu : teksturnya yang terlampau keras, kenyal, tapi tidak padat, tidak mudah rusak dalam waktu lama
3. Ikan : insang berwarna merah tua, tidak cerah atau bukan merah segar, tidak berbau khas ikan asin, warna daging putih bersih, kenyal dan tak mudah rusak, tidak mudah patah, agak keras serta tidak dihinggapi lalat
4. Bakso : tekstur sangat kenyal, tidak rusak sampai 2 hari pada suhu kamar, jika dibelah di dalamnya tampak warna merah tua mencolok tidak wajar
5. Daging Ayam : tekstur daging kencang, tak mudah rusak dan tak disukai lalat
1. Mie Basah : tidak lengket, sangat kenyal, tidak mudah rusak dan tahan dalam jangka waktu lama
2. Tahu : teksturnya yang terlampau keras, kenyal, tapi tidak padat, tidak mudah rusak dalam waktu lama
3. Ikan : insang berwarna merah tua, tidak cerah atau bukan merah segar, tidak berbau khas ikan asin, warna daging putih bersih, kenyal dan tak mudah rusak, tidak mudah patah, agak keras serta tidak dihinggapi lalat
4. Bakso : tekstur sangat kenyal, tidak rusak sampai 2 hari pada suhu kamar, jika dibelah di dalamnya tampak warna merah tua mencolok tidak wajar
5. Daging Ayam : tekstur daging kencang, tak mudah rusak dan tak disukai lalat
B. Ciri-Ciri Makanan Mengandung Boraks
1. Mie Basah : tidak lengket, sangat kenyal, serta tidak mudah putus
2. Bakso : tekstur sangat kenyal, warna tidak kecokelatan seperti penggunaan daging, tapi lebih cemerlang keputihan
3. Lontong : rasa getir dan sangat gurih, serta beraroma sangat tajam
4. Kerupuk : teksturnya sangat lembut dan renyah, bisa menimbulkan rasa getir di lidah
1. Mie Basah : tidak lengket, sangat kenyal, serta tidak mudah putus
2. Bakso : tekstur sangat kenyal, warna tidak kecokelatan seperti penggunaan daging, tapi lebih cemerlang keputihan
3. Lontong : rasa getir dan sangat gurih, serta beraroma sangat tajam
4. Kerupuk : teksturnya sangat lembut dan renyah, bisa menimbulkan rasa getir di lidah
C. Ciri-Ciri Makanan Mengandung Pewarna Rhodamin B dan Methanyl Yellow
Memiliki warna mencolok cerah, mengkilap, biasanya terdapat warna yang tidak homogen (ada yang menggumpal), ada sedikit rasa pahit jika ditelan dan memunculkan sedikit rasa gatal di tenggorokan saat mengonsumsinya.
Memiliki warna mencolok cerah, mengkilap, biasanya terdapat warna yang tidak homogen (ada yang menggumpal), ada sedikit rasa pahit jika ditelan dan memunculkan sedikit rasa gatal di tenggorokan saat mengonsumsinya.
Uji Formalin Sederhana pada Makanan
Sekedar tambahan info, adanya
formalin atau tidak dalam makanan bisa dengan tes kalium permanganat
(KMnO4, kadang disebut PK—-singkatan Permanganas Kalikus—, warna serbuk
ungu metalik kehitaman dapat dibeli diapotik). Uji ini cukup sederhana.
Dengan melarutkan di air serbuk kalium permanganat hingga berwarna pink
(merah jambu seulas—istilah teman2 analis kimia). > Jika kita taruh
potongan bahan makanan (mis: mie) kedalamnya, jika warna pink hilang
(berkurang), ada kemungkinan ada komponen formalin. > > Sebenarnya
analisa ini salah satu dari puluhan standard uji yang dilakukan
terhadap susu segar (yang datang di pabrik susu bubuk) sebelum
dinyatakan diterima sebagai bahan baku, mengalami tes ini. > >
Metoda pengujian: > Tabung reaksi berisi 10 ml susu dibubuhi 1 tetes
larutan KMnO4 1 N. Larutan susu yang putih akan menjadi pink(merah jambu
seulas). > > Lama waktu hilangnya warna pink (warna merah jambu
seulas) dari tetesan larutan Kalium permanganat kedalam tabung reaksi
berisi sample susu segar menjadi indikator kemungkinan kandungan
formalin didalam susu tersebut. > Jika 1 jam tidak ada perubahan
warna (warna pink stabil) berarti susu tidak mengandung formalin (atau
lebih tepat dikatakan tidak menggunakan formalin sebagai pengawet), dan
dilanjutkan dengan rangkaian uji lainnya sebelum dinyatakan dapat
diterima sebagai bahan baku. > > Jika warna pink larutan kalium
permanganat tersebut segera pudar/ hilang menjadi tak berwarna, berarti
ada kemungkinan dalam sample susu terkandung formalin yang bersifat
bereaksi menghilangkan warna (mereduksi) kalium permanganat. > >
False positive (hasil palsu) bisa saja terjadi jika dalam bahan makanan
terkandung reduktor lain yang bereaksi dengan Kalium Permanganat
misalnya asam oksalat, dll. > > Tapi kebanyakan makanan yang
diawetkan adalah pangan nabati/hewani (ikan basah, bakso,tahu) yang
berprotein tinggi kemungkinan sangat kecil mengandung asam oksalat
secara alami.
Uji Kadar Borak Dengan Kunyit
JAKARTA, KabarKampus
– Boraks seringkali digunakan sebagai pengawet makanan. Untuk itu
masyarakat harus hati-hati dalam memilih makanan, karena kandungan
pengawet yang satu ini berbahaya bagi kesehatan.
Salah satu cara untuk menguji kandungan boraks dalam makanan adalah
dengan menggunakan alkohol. Namun mahasiswa Prodi Pendidikan FMIPA
Universitas Negeri Yogyakarta menggunakan indikator alami yakni kunyit
yang dikenal dengan kandungan kurkumin untuk menguji kandungan boraks
tersebut.
Mahasiswa tersebut adalah Na’in Anggraeni, Lutfiyatul Fuadah, Wheny
Anif, Rifqi Ramadani, dan Dewi Sundar. Mereka melakukan penelitian
dengan membuat paper test kit sederhana untuk Analisis Kadar Boraks
dalam Makanan.
Na’in Anggraeni, ketua tim peneliti mengatakan, bahwa kunyit
merupakan bahan alami yang bisa digunakan untuk menguji kandungan boraks
dalam makanan. Adanya kurkumin dalam kunyit membuat kunyit dapat
digunakan sebagai kit yang dapat digunakan untuk menganalisis kandungan
boraks secara sederhana.
“Oleh karena itu, penelitian pembuatan paper test kit untuk analisis
kadar boraks dalam makanan ini sangat diperlukan,” lanjutnya.
Na’in menjelaskan, proses paper test kit dengan kunyit ini diawali
dengan menumbuk halus kunyit dengan menggunakan mortar, ditambah sedikit
air, dan disaring di dalam beaker glass. Kemudian air kunyit di dalam
beaker glass sebagian dituangkan pada petridish. Setelah itu kertas
whatman dicelupkan ke dalam petridis dan dibolak-balik hingga semua
permukaannya rata dengan air kunyit.
Langkah selanjutnya adalah kertas whattman ditata di atas papan dan
dikeringkan di bawah terik sinar matahari. Lakukan langkah di atas pada
larutan kunyit dengan perbandingan 5 ml kunyit dan 1 ml air. Kemudian
lakukan uji daya kesensitivan paper test kit.
Dari pengujian yang telah dilakukan, paper test kit ini mampu
mendeteksi kandungan boraks pada makanan dengan kadar minimal 200 ppm.
Semakin besar kadar ppm dari boraks maka semakin jelas warna coklat pada
paper test kit.
Menurut Na’im, alat ini digunakan dengan membuat ekstrak dari
makanan yang akan diketahui kandungan boraksnya, misalnya pada bakso.
Bakso ditumbuk dan ditambahkan sedikit air sehingga ekstraknya dapat
diambil. Kemudian diteteskan ke paper test kit. Apabila warnanya berubah
menjadi coklat, makanan itu mengandung boraks.
Paper test kit sederhana ini dapat mendeteksi kandungan boraks hingga
200 ppm. Sementara para pembuat bakso komersial biasa menambahkan
boraks ke dalam adonan bakso dengan kadar 0,1 – 0,5 % dari berat adonan.
Jika dikonversikan ke dalam ppm menjadi sekitar 800-4000 ppm.
Dengan adanya alat ini, tambah Na’in, masyarakat akan dapat
meminimalkan konsumsi makanan yang mengandung boraks, yang dapat
menimbulkan berbagai penyakit berbahaya bila sudah melebihi ambang batas
di dalam tubuh manusia.
Jumat, 24 April 2015
Cara Membuat Sabun Mandi
Gambar Sabun Mandi Padat |
Setiap hari kita mandi, dan tentu dalam mandi tersebut kita menggunakan sabun, baik sabun berbentuk padat ataupun cair.
Tentu kita juga ingin tau, bagaimana cara membuat sabun mandi tersebut.
Nah kali ini Kerajinan Home Industry menyajikan cara membuat sabun mandi berbentuk padat atau batangan.
Nah kali ini Kerajinan Home Industry menyajikan cara membuat sabun mandi berbentuk padat atau batangan.
Ok Kita mulai, pertama kita kumpulkan Bahan-Bahan yang dibutuhkan :
- Minyak atau Lemak – Hampir semua minyak / lemak alami bisa dibuat menjadi sabun. Cari yang mudah saja seperti: Minyak Kelapa, Minyak Sawit, Minyak Zaitun, Minyak Jagung, Minyak Kedelai…
- NaOH / KOH – Untuk mengubah minyak / lemak menjadi sabun. Bisa beli di toko bahan kimia, ambil yang teknis saja.
- Air – Sebagai katalis/pelarut. Pilih air sulingan atau air minum kemasan. Air dari pam tidak bagus, banyak mengandung mineral.
- Essential dan Fragrance Oils – Sebagai pengharum. Beli di toko bahan kimia atau lainnya.
- Pewarna – Untuk mewarnai sabun. Bisa juga memakai pewarna makanan.
- Zat Aditif – Rempah, herbal, talk, tepung kanji/maizena dapat ditambahkan pada saat “trace”.
Setelah bahan-bahan kita lengkap langkah selanjutnya kita menyiapkan alat-alat yang dibutuhkan :
- Sebuah masker sederhana - Dipakai selama pembuatan larutan NaOH / KOH saja.
- Kacamata - Dipakai selama pembuatan larutan NaOH / KOH saja.
- Sepasang sarung tangan karet - Dipakai selama pembuatan sabun.
- Botol plastik - Untuk wadah air.
- Timbangan dapur (dengan skala terkecil 1 atau 5 gram).
- Kantong plastik kecil - Untuk menimbang NaOH/KOH.
- Sendok stainless steel atau plastik-polipropilen - Untuk menuangkan NaOH / KOH dan mengaduknya.
- Wadah dari gelas atau plastik-polipropilene - Untuk tempat larutan NaOH/KOH dengan air.
- Wadah dari plastik - Untuk menimbang serta tempat air dan minyak.
- Kain - Untuk menutup cetakan setelah diisi sabun.
- Plastik tipis - Untuk melapisi cetakan.
- Cetakan - untuk mencetak sabun cetakan sesuai selera anda.
- Blender dengan tutupnya.
- Kain - Untuk menutup blender.
Ok setelah semua bahan-bahan dan peralatan sudah lengkap berikut ini Cara pembuatan :
Berikut adalah resep sederhana untuk membuat sabun natural:
Bahan:
Resep#1 - sabun padat
- 235 g Minyak Zaitun
- 150 g Minyak Kelapa
- 100 g Minyak Sawit
- 74 g NaOH – Natrium hidroksida + 210 g Air
- 10 cc fragrance + pewarna
(Proses Pada Suhu ruangan)
Resep#2 - sabun padat
Resep#2 - sabun padat
- 250 g Minyak Sawit
- 140 g Minyak Kelapa
- 100 g Minyak Jagung
- 75.5 g NaOH – Natrium hidroksida + 210 g Air
- 10 cc fragrance + pewarna
(Proses Pada Suhu ruangan)
- Timbang air dan NaOH / KOH, sesuai dengan Resep. Larutkan NaOH / KOH ke dalam air sejuk / dingin (Jangan menggunakan wadah aluminium. Gunakan stainless steel, gelas pyrex atau plastik-poliproplen). Jangan menuangkan air ke NaOH / KOH. Tuangkan NaOH / KOH ke dalam air sedikit demi sedikit. Aduk higga larut. Pertama-tama larutan akan panas dan berwarna keputihan. Setelah larut semuanya, simpan di tempat aman untuk didinginkan sampai suhu ruangan. Akan didapatkan larutan yang jernih.
- Timbang minyak (Minyak Kelapa, Minyak Sawit, Minyak Zaitun, Minyak Jagung, Minyak Kedelai...) sesuai dengan Resep.
- Tuangkan minyak yang sudah ditimbang ke dalam blender.
- Hati-hati dalam menuangkan larutan NaOH / KOH ke dalam minyak.
- Pasang cover blender, taruh kain di atas cover tadi untuk menghindari cipratan dan proses pada putaran terendah. Hindari jangan sampai menciprat ke muka atau badan anda. Hentikan blender dan periksa sabun untuk melihat tahap “trace”. “Trace” adalah kondisi dimana sabun sudah terbentuk dan merupakan akhir dari proses pengadukan. Tandanya adalah ketika campuran sabun mulai mengental. Apabila disentuh dengan sendok, maka beberapa detik bekas sendok tadi masih membekas, itulah mengapa dinamakan “trace”.
- Pada saat “trace” tadi anda bisa menambahkan pengharum, pewarna atau aditif. Aduk beberapa detik kemudian hentikan putaran blender.
- Tuang hasil sabun ini ke dalam cetakan. Tutup dengan kain untuk insulasi. Simpan sabun dalam cetakan tadi selama satu hingga dua hari. Kemudian keluarkan dari cetakan, potong sesuai selera. Simpan sekurang-kurangnya 3 minggu sebelum dipakai.
* penjelasan cara kerja nomor 1 untuk keselamatan.
Natrium Hydroxide (NaOH) / Sodium Hydroxide / lye / caustic soda
/ soda api merupakan bahan utama selain minyak dalam pembuatan sabun.
Melalui reaksi kimia, NaOH mengubah minyak atau lemak menjadi sabun.
Selain itu NaOH juga diperlukan untuk membuat sampo dan body lotion.
Dalam membuat larutan alkali (air + NaOH) ini, ada beberapa hal yang harus diperhatikan antara lain :
- Gunakan baju lengan panjang, kaca mata pelindung, masker dan sarung tangan karet. Prinsip kehati – hatian sangat diperlukan karena cairan ini bisa mengakibatkan kebutaan apabila terkena mata, atau mengakibatkan rasa terbakar apabila mengenai kulit. Sediakan pula cairan cuka, hal ini untuk mengantisipasi apabila kulit terkena cairan alkali.
- Lakukan di ruangan terbuka, misalnya di taman atau di tempat yang mempunyai udara bebas. Jangan menghirup udara yang keluar dari larutan ini.
- Selalu memasukkan NaOH ke dalam air (dengan pelan) dan bukan sebaliknya. Jika Anda melakukan sebaliknya, akan mengakibatkan letupan yang sangat berbahaya bagi kulit dan mata.
- Jauhkan dari jangkauan anak – anak / tidak melibatkan anak – anak sama sekali.
Selamat Mencoba semoga bermanfa'at.
Langganan:
Postingan (Atom)